Lemo Pangkep: Dibalik Sejarah Jeruk Pomelo yang Tersembunyi

Oleh: Mattula Ada 1)
ETTAPEDIA.ORG – ‘Jeruk Pomelo’ yang lebih dikenal dengan nama ‘Jeruk Bali’ adalah jeruk yang berukuran besar dibanding rata-rata jenis jeruk bahkan yang terbesar dari famili Rutaceae dan dianggap sebagai nenek moyang utama dari buah jeruk 2. Penamaan ‘Jeruk Bali’ oleh orang Indonesia sebenarnya kurang tepat karena jeruk besar ini tidak berasal dari Bali. Oleh karena itu, Departemen Pertanian menyarankan sebutan ‘pomelo’ seperti panggilan internasionalnya.3
Bagi orang Melayu ‘Jeruk Pomelo’ disebut ‘limau besar’, ‘limau betawi’, atau ‘limau serdadu’. Di Thailand, buah ini diberi nama ‘som-oh’ atau ‘sam-o’, sedangkan di Vietnam disebut ‘bu’o’i’. Sementara orang Tagalog di Filipina menyebutnya ‘lukban’ atau ‘suha’. Di Bangladesh bernama ‘jambura’. Orang China menjulukinya ‘youzi’, sementara di Jepang disebut ‘bontan’.4 5 6
Nama ilmiah atau nama botani dari ‘Jeruk Pomelo’ adalah ‘Citrus grandis’ atau ‘Citrus maxima’ yang berarti “Jeruk Terbesar”. Menurut “Oxford English Dictionary” etimologi dari kata ‘pomelo’ tidak jelas.2 Beberapa pendapat mengatakan bahwa nama ini mungkin berasal dari Bahasa Belanda ‘pompelmoes’2 yang lalu meluas ke beberapa negara dengan berbagai istilah, seperti ‘pamplemousse’ (di Prancis) dan ‘pampelmuse’ (di Jerman)7. Sedangkan untuk Bahasa Inggris memiliki berbagai varian nama, yaitu ‘pomelo’, ‘pomello’, ‘pummelo’,‘pommelo’, dan‘pumelo’.2
Menurut Wikipedia, asal kata ‘pompelmoes’ sendiri kemungkinan berasal dari Bahasa Tamil, yaitu pampa limāsu yang berarti lemon besar, yang pertama kali ditemukan pada tahun 1648 8, dimana nama ini kemungkinan diadopsi dari Bahasa Portugis ‘pomposos limões’9. Sekedar diketahui bahwa sejarah mencatat Belanda pernah menjajah India (dimana Bahasa Tamil digunakan) pada tahun 1605 sampai 1825 10, sedangkan India Portugis didirikan pada Tahun 1505, setelah Vasco da Gama yang merupakan utusan Kerajaan sukses menemukan jalur laut dari Eropa ke India pada 1498 11.
“Jeruk Pomelo” sendiri diyakini berasal dari Asia Tenggara, utamanya Indonesia. Sebagaimana dikatakan dalam buku “Tropical fruits of Malaysia & Singapore” dan “A dictionary of the economic products of the Malay Peninsula” bahwa “Jeruk Pomelo kemungkinan besar berasal dari wilayah Malesian [sebuah bio-geografi yang membentang dari Malaysia hingga Indonesia bagian Timur (kecuali Papua)].
Berbagai spesies Jeruk Pomelo, baik dibiakkan melalui seleksi dan perbanyakan atau ditemukan sebagai hibrida alami, telah dibudidayakan di Asia Tenggara. Pada tahun 1884, varietas pomelo, limau bali, diimpor ke Malaya dari Indonesia oleh Sir Hugh Low dan dibudidayakan di Penang dan Perak. Varietas khas yang ditemukan di Hindia Belanda disebut limau wangkang dalam bahasa Melayu, terdiri dari buah kecil yang dibungkus dengan buah yang lebih besar.”6 12
Menurut “Kamus Bahasa Thai – Inggris”, ‘Jeruk Pomelo’ datang ke India dari Jawa. Lebih khusus lagi, ia sampai ke India melalui Batavia – Indonesia, sehingga di India ‘Jeruk Pomelo’ sering juga disebut ‘batabi-lebu’. Sangat mungkin ‘Citrus medica’ (atau citrons) milik India melakukan hibridisasi dengan buah tersebut untuk menyebarkan varietas lain.
Sedangkan di Eropa ‘Jeruk Pomelo’ datang pada tahun 1700-an. Kemudian orang Prancis bernama Odette Phillippe membawa buah itu ke Florida – AS pada 1823. Namun seperti yang dijelaskan oleh penulis Henry Arthur Dygert dalam bukunya tahun 1903, “harga yang sangat tinggi membuat ‘Jeruk Pomelo’ tidak masuk dalam tabel harian semua orang kecuali orang kaya; dan karena alasan yang sama, buah ini jarang terlihat dijual dimanapun kecuali toko buah dan grosir termewah”.13 14
Di Karibia, setelah seorang kapten berrnama Shaddock dari sebuah kapal East India Company memperkenalkannya ke Barbados, buah itu disebut ‘shaddock’ dalam bahasa Inggris. Dari sana nama tersebut menyebar ke Jamaika pada tahun 1696. Buah ini juga dikenal sebagai ‘jabong’ di Hawaii dan ‘jambola’ dalam Bahasa Inggris yang digunakan di Asia Selatan.2
Di Bali sendiri dimana daerah ini menjadi penamaan ‘Jeruk Pomelo’ di Indonesia sangat sedikit ditemukan tempat budidaya jeruk besar tersebut. Hal ini mungkin disebabkan karena rasa jeruknya yang kurang enak seperti yang ditunjukkan oleh varian Bali Putih 15, atau kondisi tanah di Bali yang memang kurang cocok ditanami jeruk tersebut.
Dari buku “Bali Pada Abad XIX” karangan Ide Anak Agung Gedé Agung (2019), Bali sepertinya mulai mengenal ‘Jeruk Pomelo’ ketika tentara KNIL mengubah jeruk lokal (‘juwuk’ atau ‘juuk’) menjadi ‘Jeruk Pomelo’ (‘jeroti’ atau ‘jeruti’), dimana sebelumnya pahlawan Kerajaan Karangasem menanam banyak ‘jeroti’ setelah menang di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).16 17 Jadi ada kemungkinan bahwa asal mula ‘Jeruk Pomelo’ di Bali berasal dari NTB, dimana sampai masa kini NTB sepertinya merupakan salah satu daerah pemasok Jeruk Pomelo di Bali. 3 18
Dari keterangan diatas, masih ada pertanyaan yang muncul dalam benak, yaitu “Darimana sebenarnya bangsa Portugis mendapatkan ‘Jeruk Pomelo’ yang sempat mereka sebut dengan kalimat ‘pomposos limões’ itu?”. Ada yang mengatakan bahwa itu berasal dari India. Orang Tamil India menamakannya ‘pampa limāsu’. Jadi bukan sebaliknya bahwa ‘pampa limāsu’ berasal dari ‘pomposos limões’, tetapi ‘pomposos limões’ yang berasal dari ‘pampa limāsu’.19 Tetapi keterangan ini sangat meragukan karena tidak ada litetaratur India yang menguatkan hal ini.
Orang India sendiri secara umum menamakan pomelo dengan ‘chakotra’ 20 dengan berbagai variannya 21 – bahasa lokal yang terlalu jauh dengan istilah ‘pampa limāsu’. Selain itu, selama berkuasa, wilayah Portugis di India tidak terlepas dari tiga enklaf yang semuanya berada di pantai barat India. Ini termasuk Goa, Daman dan Diu, serta Dadra dan Nagar Haveli. 22
Namun tak ada satupun dari wilayah tersebut yang memakai Tamil sebagai bahasa resmi. Rata-rata mereka memakai Bahasa Malayalam (di Kochi, Kozhikode), Bahasa Konkani (di Goa), Bahasa Marathi (di Goa, Mumbai, Daman dan Diu, Dadra dan Nagar Haveli), serta Bahasa Gujarati (di Daman dan Diu, Dadra dan Nagar Haveli).
Teori lain yang menarik adalah dugaan kata ‘pomelo’ berasal dari Bahasa Melayu, yaitu pumpulmas 23. Namun lagi-lagi teori ini agak meragukan karena ‘pumpulmas’ tidak tampak sebagai logat Melayu, sehingga tidak heran jika peneliti makanan terkenal asal Inggris Alan Davidson dalam “The Oxford Companion to Food” mengatakan bahwa kata ‘pumpulmas’ bisa saja yang membentuk kata “pomelo” dan “pummelo” (istilah Inggris yang paling banyak dipakai di berbagai negeri), yang dimana kata ini juga yang membentuk kata ‘pompelmoes’, namun kata ‘pumpulmas’ sendiri kemungkinan diserap dari bahasa lain.14
Perlu diketahui bahwa buku “The Oxford Companion to Food” merupakan sebuah karya lebih dari satu juta kata, yang membutuhkan waktu dua puluh tahun untuk menyelesaikannya dan diterbitkan dengan pengakuan internasional pada tahun 1999.24 Kalau kita perhatikan kata ‘pumpulmas’ lebih mirip Bahasa Jawa yang bila diartikan berarti “mengumpulkan emas” atau kalimat perintah atau ajakan “kumpul mas” (mas = sebutan pria bagi orang Jawa). Hal ini bisa saja terjadi sewaktu para pekerja di Jawa sedang mengumpulkan ‘Jeruk Pomelo’, sehingga timbul kalimat “(Ayo) Pumpul mas!”, yang berarti “Ayo kumpulkan mas!”.
Walau demikian, kata ‘pomelo’ lagi-lagi menimbulkan tanda tanya, karena kata-kata ini tidak menunjukkan dialek Jawa, apalagi kata-kata seperti ‘pomello’, ‘pummelo’, dan ‘pommelo’ sebab dalam Bahasa Jawa nyaris tidak ditemukan huruf ganda pada kata atau kalimat. Kata-kata tersebut lebih dekat ke dialek Bahasa Bugis yang digunakan Masyarakat Sulawesi Selatan. Kalau demikian, adakah tempat di Sulawesi Selatan yang merupakan sentra produksi ‘Jeruk Pomelo’? Jawabannya ada, yaitu di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep).
‘Jeruk Pomelo’ banyak tumbuh di berbagai wilayah di Pangkep seperti di Kecamatan Ma’rang, Segeri, dan Labakkkang 25, dimana diketiga wilayah tersebut memakai Bahasa Bugis sebagai bahasa utama. Kata ‘pomelo’, ‘pomello’, ‘pummelo’, ‘pommelo’, dan ‘pumelo’ kemungkinan besar terbentuk dari akar kata bahasa Bugis, yaitu: a) melo’ yang berarti mau atau ingin; atau b) mello’ yang berarti baik atau bagus; atau c) elo’ yang berarti mau, ngiler, atau air liur; atau d) mecci elo’ yang berarti air liur yang menetes (iler).
Keempat kata diatas sering diberi awalan pa, pa’, atau pam yang umumnya menunjukkan penekanan terhadap subjek atau objek (orang atau barang) yang dituju dan/atau akhiran i yang dapat berarti sekali (sangat), sehingga membentuk kalimat-kalimat berikut: a) pamelo’, pa’melo’, pammelo’, melo’i, pamelo’i, pa’melo’i, atau pammelo’i; b) pamello’, pa’mello’, pammello’, mello’i, pamello’i, pa’mello’i, atau pammello’i; c) paelo’, pa’elo’, pamma elo’, elo’i, paelo’i, pa’elo’i, atau pamma elo’i; d) pamecci’ elo’, pa’mecci’ elo’, pammecci’ elo’, mecci’ elo’i, pamecci’ elo’i, pa’mecci’ elo’i, atau pammecci’ elo’i.
Secara kiasan kata-kata yang diberi imbuhan tersebut, seperti pamelo’, pa’mello’, pa’mello’i, pamelo’i, paelo’, pamma elo’ atau pammecci’ elo’ dapat pula berarti oleh-oleh atau pemberian. Jadi kata-kata seperti pamelo’, paelo’, paelo’i, pamelo’i atau pammecci’ elo’ kalau diterjemahkan bebas dapat berarti “pemberian untuk menghilangkan rasa ngiler”.
Kata mecci’ elo’ juga biasa dipakai untuk menunjukkan ekspresi mengerut ketika memakan makanan berasa kecut, pahit, atau asam yang diantaranya ditunjukkan ketika memakan ‘Jeruk Pomelo’. Lagu Bugis berjudul “Iko Tea Idi’ Tea” 26 sempat menunjukkan kata mecci’ elo’ untuk memberikan rasa iri atau ngiler pada seseorang ketika memakan buah berasa asam. Sementara kata-kata seperti pamello’ atau pa’mello’i dapat berarti “pemberian yang baik” atau “pemberian yang sangat bagus”.
Walau demikian, Bahasa Bugis untuk ‘Jeruk Pomelo’ adalah ‘Lemo’ atau ‘Lemo Loppo’ yang berarti jeruk besar atau ‘Lemo Kaluku’ yang berarti jeruk kelapa karena ukurannya yang dianggap seperti buah kelapa, namun sering juga orang Sulawesi Selatan menamakannya dengan ‘Lemo Pangkep’, yang karena asal dan tempat tumbuhnya berada di Pangkep.
Jadi meluasnya kata ‘pomelo’ beserta variannya sepertinya tak lepas dari interaksi antara orang- orang Pangkep (secara khusus) dan Bugis (secara umum) dengan orang-orang Melayu dan Eropa, serta Nusantara di masa lalu. Perlu diketahui bahwa orang Sunda dan Jawa sempat mengenal istilah ‘pamelo’ di masa lalu. Sampai kini orang Indonesia jika mendengar kata ‘pomelo’ cenderung mengatakannya dengan ‘pamelo’, sementara orang Eropa terbalik.
Sejarah mencatat Kerajaan Siang adalah sebuah kerajaan yang pernah ada dan berkembang di bagian barat jazirah Sulawesi Selatan. Bekas pusat wilayahnya berada di Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) saat ini, dan merupakan lokasi Makam Raja Siang yang tepatnya berada di Kampung Siang – Pangkep. Luas pengaruh kekuasaannya terbentang hingga seluruh pantai barat dan daerah yang dulunya dikenal sebagai Kerajaan Limae Ajattapareng hingga ke selatan perbatasan Kerajaan Makassar, yakni Gowa-Tallo (Makkulau, 2007).
Wikipedia mengatakan “Siang” dalam nomenklatur Portugis disebut Sciom atau Ciom. Nama “Siang” berasal dari kata “kasiwiang”, yang berarti persembahan kepada raja (homage rendu a’ un souverain) (Pelras, 1977:253). Bekas pusat wilayah Kerajaan Siang, SengkaE – sekarang ini terletak di Desa Bori Appaka, Bungoro, Pangkajene dan Kepulauan – telah dikunjungi oleh kapal-kapal Portugis antara tahun 1542 dan 1548 (M. Ali Fadhillah, 2000 dalam Makkulau,2007).
Pada tahun 1540 atau jauh sebelumnya, Pelabuhan Siang sudah banyak dikunjungi para pedagang dari berbagai penjuru Kepulauan Nusantara (termasuk Pulau Jawa), bahkan dari Eropa. Pengamat Portugis, Manuel Pinto, memperkirakan pada tahun 1545 Siang berpenduduk sekitar 40.000 jiwa. Penguasanya sangat yakin terhadap sumber-sumber daya dan kekayaan alam yang dimiliki oleh negaranya sehingga menawarkan untuk menyuplai seluruh kebutuhan pangan Kerajaan Malaka ketika itu (Pelras 1973:53 dalam Makkulau, 2008). 27
Pengaruh Kerajaan Siang mulai meredup pada pertengahan Abad XVI ketika semakin jauhnya garis pantai Pelabuhan Siang akibat pengendapan sungai, sementara disisi lain pamor Pelabuhan Somba Opu semakin berkibar di pantai barat, dimana ketika itu mulai pula terbentuk loji-loji dari bangsa China dan Eropa, seperti Portugis, Belanda, Inggris, Spanyol, dan Denmark. 28 29 Walau demikian, ada kemungkinan Orang Makassar – Melayu asal Siang (Pangkep) tetap berinteraksi dan berdagang dengan Orang-orang Eropa di Pelabuhan Sombaopu dan sekali-sekali memberi ‘buah tangan’ berupa ‘Jeruk Pomelo’ kepada mereka.
Penting untuk diketahui bahwa para pengumpul (pedagang besar) sering mengambil ‘Jeruk Pomelo’ di Pangkep sampai saat ini untuk dipasarkan di berbagai wilayah Nusantara, seperti Jawa, Bali, dan Jakarta. Pangsa pasar utama dari jeruk tersebut di Indonesia adalah Bali, sebab selain sering digunakan dalam upacara dan tarian adat, Bali juga menjadi destinasi utama wisatawan dunia. Jadi besar kemungkinan dari sinilah nama ‘Jeruk Bali’ di Indonesia digunakan untuk menamakan ‘Jeruk Pomelo’, karena selain menjadi tujuan utama pemasaran, juga untuk dijadikan daya tarik wisata. 30 31 32 33
Orang Pangkep dan para peneliti lokal meyakini bahwa plasma nutfah dari ‘Jeruk Pomelo’ berasal dari Pangkep.34 Tumbuh suburnya ‘Jeruk Pomelo’ dengan berbagai varian di Pangkep menyebabkan jeruk ini menjadi produk unggulan daerah, sehingga Pangkep dijuluki daerah “Boledong” yang merupakan singkatan dari “Bolu, Lemo, dan Doang” yang berarti “ikan bandeng, ‘Jeruk Pomelo’, dan udang”.
Keunggulan ‘Lemo Pangkep’ ini diakui oleh peneliti jeruk dari Balai Penelitian Jeruk dan Tanaman Subtropika (Balitjestro) Kementerian Pertanian RI, Ir. Arry Supriyanto, M.S.. Beliau mengatakan bahwa beberapa pamelo lokal unggulan itu berada di Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan (Pangkep), Provinsi Sulawesi Selatan. 35
Di Pangkep, ‘Jeruk Pomelo’ dikenal memiliki 4 varian, yaitu jeruk putih (Pangkep Putih), jeruk merah (Pangkep Merah), jeruk gula-gula (Maria Sigolagola), dan jeruk bencong yang semuanya sempat diperkenalkan pada ajang “Pamelo Day 2019” di Attangsalo, Kecamatan Ma’rang. 36
Menurut penelitian, varian Pangkep Merah termasuk kultivar potensial tidak berbiji, dimana diantara kultivar tersebut ‘Pangkep Merah’ memiliki persentase kulit terendah, dan persentase bagian dapat dimakan tertinggi. Sementara diantara kultivar berbiji, ‘Pangkep Putih’ memiliki PTT dan ATT tinggi, dengan nisbah PTT/ATT yang tinggi pula, sehingga daging buahnya memiliki rasa asam-manis yang seimbang.
Selain itu, ‘Pangkep Putih’ memiliki bobot terbesar diantara kultivar berbiji. Buah tangerine dengan nisbah PTT/ATT tinggi memiliki rasa yang lebih enak, dan buah berukuran besar memiliki nisbah PTT/ATT lebih tinggi dan rasa lebih manis dibanding buah yang lebih kecil (Ketsa, 1989). Sementara itu, “Maria Sigola-gola” memiliki nisbah PTT/ATT tertinggi diantara kultivar potensial tidak berbiji dan dikenal memiliki rasa yang sangat enak.15 37 Sedangkan varian ‘Bencong’ memiliki warna yang unik, yakni putih kemerah-merahan sehingga dinamakan demikian.
Salah satu kios yang menjual Jeruk Pomelo di Ma'rang, Pangkep. (foto: ist/*)
Salah satu kios yang menjual Jeruk Pomelo di Ma’rang, Pangkep. (foto: ist/*)
Jeruk Pamelo memiliki banyak sekali manfaat bagi tubuh. Kandungan likopen berfungsi sebagai antioksidan yang bisa menangkal radikal bebas, mengatasi luka lambung, dan mencegah kanker. Kandungan pektin yang tinggi bisa menurunkan kolesterol secara drastis. Disamping itu, ‘Jeruk Pamelo’ memiliki kandungan vitamin C cukup tinggi dalam 100 gr bagian, yaitu terdapat vitamin C sebanyak 43 mg dan vitamin A sebanyak 20 SI (Satuan Internasional), sehingga cukup baik untuk mencegah rabun senja dan sariawan (Sunarjono, 2003). Selain itu, terdapat pula provitamin B1, B2, dan asam folat dalam jeruk tersebut. 34 38
Jeruk Pamelo dapat dikonsumsi dalam keadaan segar ataupun dalam bentuk olahan. ‘Jeruk Pamelo’ dalam bentuk olahan bisa dibuat rujak atau salad (seperti di Thailand).38 39 Selain itu, kulit jeruk yang beratnya hampir 36% berat buahnya juga bisa dimanfaatkan. Kandungan pektin yang terdapat pada daging buah dan kulit buah ‘Jeruk Pamelo’ akan sangat bermanfaat. Jika diolah, misalnya dibuat marmalade atau permen jelly (Sarwono, 1991)34, serta spray anti nyamuk dan aromaterapi 40.
Sayang, masyarakat Pangkep belum banyak yang memanfaatkan ‘Lemo’ sebagai produk olahan, padahal potensi pengembangan produk tersebut sangat besar mengingat Pangkep sudah terkenal di Indonesia sebagai sentra produksi Pamelo atau Pomelo. Namun sepertinya memang masih dibutuhkan peran Pemerintah setempat dalam merangsang masyarakat agar dapat memanfaatkan potensi ‘Lemo Pangkep’ secara optimal.
Kesimpulan:
Kata pomelo, pamelo, pumelo, pomello, pummelo, dan pommelo kemungkinan besar terbentuk dari kalimat berbahasa Bugis, seperti pamelo’, paelo’, pamello’, pamelo’i atau pammecci’ elo’ beserta varian-variannya. Interaksi orang-orang Bugis dengan berbagai suku bangsa, utamanya Melayu dan Eropa sepertinya yang paling memberikan andil terhadap penyebarluasan kata ‘pomelo’ beserta variannya.
Jejak kisah keberadaan Jeruk Pomelo dan keturunan Melayu dapat ditelusuri dari cerita masyarakat di Desa Kassi’ Loe Labakkang yang mengatakan bahwa perintis penanaman Jeruk Pomelo disana adalah seorang keturunan Melayu bernama Lato’ (Dato’) Bannya’, sehingga terkadang masyarakat setempat menamakan jeruk tersebut dengan ‘Lemo Lato’ Bannya’. Lato’ Banyya’ dipercaya warga adalah orang yang hidup sejak zaman lampau dan merupakan salah seorang penduduk pertama yang mendiami Desa Kassi’ Loe.
Dikisahkan oleh masyarakat Kassi’ Loe bahwa setelah Lato’ Bannya’ menemukan ‘pomelo’ di hutan, bijinya ia kumpul dan tanam di kebun. Sesekali biji-biji tersebut ia bawa pulang untuk disimpan diatas alas tampungan air dekat tangga masuk rumah. Setelah akarnya tumbuh, ia bawa ke kebun untuk ditanam. Menurut penuturan, banyak warga yang mengincar untuk memakan ‘Lemo Lato’ Bannya’, namun hanya diizinkan oleh sang pemilik untuk makan ditempat, karena ia ingin mengumpulkan bijinya untuk ditanam kembali.
Menurut warga setempat, awalnya ‘Lemo’ tersebut berasa pahit, ukurannya ada yang sangat besar, ada pula yang tidak terlalu besar, pohonnya berduri sehingga untuk mengambil buahnya warga biasanya memakai tangga. Pahitnya rasa buah ‘Lemo’ tersebut tidak mengurangi antusias warga untuk mencoba memakannya, karena hal tersebut dipercaya sebagai obat. Sebagaimana diketahui bahwa buah yang berasa pahit seperti pare dan maja memiliki segudang khasiat seperti meredakan diare, meredakan lambung bengkak, menyembuhkan gatal-gatal pada kulit, mengatasi sembelit hingga berkhasiat untuk kecantikan seperti melembutkan dan mencerahkan kulit.
Dari kisah tersebut diketahui bahwa  Jeruk Pomelo dulunya bukanlah barang yang mudah didapat. Jeruk ini tergolong sangat langka, sehingga dapat menimbulkan rasa iri atau ngiler bagi orang yang tidak memiliki jeruk tersebut. Orang-orang yang menemukan atau diberikan ‘Lemo Pangkep’ ketika itu seakan-akan menemukan atau diberikan barang yang sangat berharga layaknya emas. Oleh sebab itu, jeruk itu dikenal dengan istilah pamelo’i atau pammecci’ elo’, dan lain-lain
Pengembang-biakan ‘Lemo Pangkep’ secara massal baru dilakukan setelah warga mengenal teknik mencangkok yang diperoleh secara kebetulan ketika warga memangkas dahan tanaman yang merintangi jalan sewaktu berada di tengah hutan. Pada waktu itu lazim ditemukan warga yang mencangkok ‘Jeruk Pomelo’ dengan menggunakan sabuk kelapa.
Jadi penyebaran istilah ‘pomelo’ dan variannya kemungkinan terjadi karena beberapa hal sebagai berikut:
1. Diawali dengan interaksi antara orang Bugis dengan orang Melayu yang sudah terjalin sejak 1400-an di  Tanah Siang (Pangkep) 41;
2. Interaksi antara orang-orang Bugis – Melayu dengan orang-orang Eropa dan Nusantara di ‘Tanah Siang’ dan ‘Jazirah Sulawesi’ (yang telah berlangsung sejak Abad XVI);
3. Interaksi antara Orang-orang Bugis – Melayu dengan orang-orang Eropa utamanya Inggris di Semenanjung Malaya. 41 42;
4. Interaksi Orang-orang Inggris dengan berbagai bangsa, terutama ketika berada di wilayah pendudukannya dan ketika Jeruk Pomelo mulai dijadikan komoditi perdagangan ekspor impor.
Sementara istilah ‘pumpulmas’ tampak datang belakangan, yakni ketika ‘Jeruk Pomelo’ mulai diproduksi massal dan dijadikan komoditi dagang. Istilah ini sepertinya mulai dikenal ketika Belanda menjadikan Jawa sebagai daerah pendudukan lewat kolonialisasi perusahaaan Hindia Timur Belanda (VOC) yang dimulai pada 1603 43 dan semakin menyebar lewat perdagangan yang terjadi di Selat Malaka.
Sebagaimana diketahui bahwa Selat Malaka merupakan jalur perdagangan tersibuk di dunia sejak masa lampau, dimana selat ini dikenal sebagai jalur utama bagi lalu lintas perdagangan barang dan manusia antar wilayah, yang menjadi penghubung utama antara Eropa, Timur Tengah dan Asia Selatan, serta Asia Tenggara dan Asia Timur.
Selat Malaka merupakan jalur laut Timur-Barat yang terpendek dibandingkan jalur perairan lainnya. Dengan begitu, Selat Malaka menjadi jalur perdagangan strategis bagi dunia dalam melakukan ekspor impor barang melalui lintas perairan.44 45
Jadi sangat besar kemungkinan dari Selat Malaka inilah berbagai bangsa di muka bumi mengenal jeruk pomelo secara luas, termasuk bangsa Tamil 46, China, dan Eropa. Walau begitu, istilah ‘pomelo’ akhirnya lebih populer dan meluas ke seantero negeri termasuk Belanda dan Portugis yang mungkin disebabkan sangat luasnya pengaruh Inggris di berbagai belahan Bumi.
Demikian yang dapat penulis kemukakan. Semoga bermanfaat adanya. (*)

Ucapan terima kasih tak terhingga kepada beberapa tokoh masyarakat dan pegiat Sejarah Budaya, atas kesediaannya diwawancarai sekaitan dengan Eksistensi Jeruk Pomelo ini, ditujukan kepada: Bapak Ghazali Rauf, M. Farid W Makkulau, Djadjang Andi Abbas, Andi Nasrun, H. Ahmad Pramuda, H. Andi Muh. Ali Aras, H. Muh. Arif, Jumardin Andi, Celleng Dg Tiro, Anshar, Suriadi, Muh. Rais, Rusdi Ma’ruf, Kades Taraweang beserta jajaran, Kades Padang Lampe beserta jajaran, Kades Kanaungan beserta jajaran, Kades Kassi’ Loe beserta jajaran.
End Note:
1 Peneliti di Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda), Pemerintah Kabupaten Pangkep. Lihat profil Mattulada di: https://www.linkedin.com/in/mattula-ada-250178/
2 https://en.wikipedia.org/wiki/Pomelo
3 https://food.detik.com/info-kuliner/d-2601873/jeruk-bali-jeruk-besar-yang-tak-berasal-dari-bali
4 https://medium.com/@duniamasakstore/fakta-jeruk-bali-yang-ternyata-bukan-berasal-dari-bali-102d28531e41
5 https://peluangusaha.kontan.co.id/news/jeruk-bali-berumur-panjang-dan-berbuah-sepanjang-tahun-2-1
6 https://eresources.nlb.gov.sg/infopedia/articles/SIP_207_2005-01-09.html?s
7 https://nl.wikipedia.org/wiki/Pompelmoes_(Citrus_maxima)
8 https://nl.wiktionary.org/wiki/pompelmoes
9 http://bijzonderbizar.blogspot.com/2011/09/10
10 https://www.idntimes.com/science/discovery/mutahassin-bilhaq/selain-indonesia-5-negara-ini-juga- pernah-dijajah-belanda-exp-c1c2/5
11 https://en.wikipedia.org/wiki/Portuguese_India
12 https://en.wikipedia.org/wiki/Malesia
13 http://theindianvegan.blogspot.com/2013/02/all-about-chakkota.html
14 Google Books: The Oxford Companion to Food by Alan Davidson (2014)
15 “Karakter Morfologi dan Kimia Kultivar Pamelo” (2012)
16 https://ban.wikipedia.org/wiki/Jeroti
17 http://tumbuhanbali.blogspot.com/2012/08/juuk.html
18 https://www.suarantb.com/kenangan-ahyar-abduh-dan-buah-“jeruti”-di-senteluk/
19 https://fvs.neocities.org/pomelo.html
20 https://hif.wikipedia.org/wiki/Chakotra
21 https://www.collinsdictionary.com/dictionary/hindi-english/ चकोतरा
22 https://id.wikipedia.org/wiki/India_Portugis
23 http://gourmetpedia.net/products/fruits/pomelo/
24 https://en.wikipedia.org/wiki/Alan_Davidson_(food_writer)
25 https://peluangusaha.kontan.co.id/news/memetik-jeruk-jumbo-di-sulawesi-selatan-1
26 https://youtu.be/m6uPKX61s5w
27 https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Siang
28 https://attoriolong.com/2019/12/kemunculan-dan-kemunduran-kerajaan-siang/
29 https://koran.tempo.co/read/makassar/217491/hilangnya-niaga-dunia-di-tallo-bira
30 Analisis Rantai Pasok dan Rantai Nilai Jeruk Pomelo (2017)
31 https://jeruktamanan.wordpress.com/2018/04/17/jeruk-bali/
32 https://ojs.unud.ac.id/index.php/blje/article/download/42961/26049
33 https://jurnal.isi-dps.ac.id/index.php/kalangwan/article/view/559
34 Laporan Kajian Tatakelola Budidaya dan Pemasaran Produk Unggulan (Komoditas Jeruk dan Bandeng) hasil kerjasama Balitbangda Pangkep dengan Politani Pangkep, 2018
35 http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/pamelo-unggul-pilihan-pekebun/                                   36 https://makassar.sindonews.com/berita/28318/4/pamelo-day-2019-pamerkan-jenis-jeruk-khas- attangsalo- pangkep
37 https://ekonomi.bisnis.com/read/20130710/99/149975/buah-lokal-pamelo-jeruk-asli-indonesia-yang-terabaikan
38 https://travel.kompas.com/read/2016/09/23/093011527/bukan.bali.rupanya.ini.negara. asal.jeruk.bali.
39 https://www.tripadvisor.com/LocationPhotoDirectLink-g293917-d13448745-i355036151- Asian_Roots_Restaurant-Chiang_Mai.html.
40 https://radarsurabaya.jawapos.com/read/2017/07/22/2836/olah-limbah-jeruk-jadi-spray-anti-nyamuk
41 https://id.wikipedia.org/wiki/Melayu-Bugis
42 https://dharianto97.blogspot.com/2017/12/kedatangan-inggris-di-semenanjung-malaya.html      43 https://id.wikipedia.org/wiki/Vereenigde_Oostindische_Compagnie
44 http://scholar.unand.ac.id/53421/3/Bab%205.pdf
45 https://www.republika.co.id/berita/ppbr6o396/selat-malaka-jalur-perdagangan-paling-padat-di-dunia
46 https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/23/140000169/peranan-selat-malaka-bagi-jalur- perdagangan?page=all

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Baca Juga